Assalamualaikum..
Setiap kejadian pasti ada
hikmahnya. Dan hikmah itu lebih sering dirasakan saat kejadiannya sudah berlalu,
apalagi kalau menurut kita kejadian yang kita alami bukan kejadian yang
menyenangkan.
Kalau kejadian menyenangkan, yang
paling cepet dirasakan adalah nikmatnya, diingat-ingatnya pun bikin seneng. Coba
kalau kejadiannya kurang menyenangkan atau sedih, hmmm..pas kejadiannya sedih,
trus kepikiran : “Ya Allah..kok saya yang kena kejadian ini, kok begini amat
cobaan yang dikasih”. Kemuadian sabar menjadi sesuatu yang berat dijalani..tapi
setelah kejadian itu selesai dilewati, banyak hikmah yang baru kita sadari.
Alhamdulillah jika kita termasuk orang-orang yang bisa mengambil hikmah dari
setiap kejadian..karena hikmah itu ibarat mutiara yang hilang bagi orang yang
beriman, diamanapun kamu menemukannya, hendaklah mengambulnya. Disebut mutiara
yang hilang karena hikmah itu sesuatu
yang berharga.. tidak semua orang dapat memahami apa yang tersembunyi
dibalik kejadian.
Yaa..dan kali ini saya mau throwback ke kejadian tahun 2012. Tahun yang
cukup banyak memberi warna dalam kehidupan saya.
Kemoterapi dan dramanya
Sejak akhir tahun 2011, ibu saya
memiliki benjolan kecil di leher. Awalnya ga sakit, eh lama kelamaan bikin
panas demam. Kadang mengecil trus
hilang, kadang muncul lagi. Awal tahun 2012 benjolan itu ada lagi, dan kali ini
bikin badan lemes, dan susah makan. Namanya
Orangtua ga mau bikin khawatir anaknya
ya, barulah ibu saya bercerita bahwa ini sudah lama dialami cuma paling parah
yang sekarang. Akhirnya ibu saya periksa ke dokter dan kata ibu saya gapapa
karena benjolan nya mulai mengecil. Dokter menyarankan di ambil sampel
jaringannya, biar lebih jelas itu benjolan kenapa. Tapi ibu saya memilih tidak
mau, karena desas desus kalau diambil malah bikin tambah banyak. Akhirnya belum
ketauan itu sakitnya apa, meskipun diagnose awal adalah tumor jinak dan ibu
saya memilih minum obat dokter, jaga makanan, plus obat2 herbal.
Sebulan kemudian, kondisi ibu
saya tidak membaik, dan kembali periksa ke beberapa dokter, karena setelah
rontgen dan cek sana sini, ada indikasi kanker karena sudah menjalar cepat ke
bagian perut, lengan, dan paha. Dokter menyarankan biopsi alias diambil sampel
jaringan biar lebih ketahuan penyakit dan penanganan yang tepat. Mendengar kata
“ kanker”, saya langsung lemes dan terbayang hal hal buruk dan yang terburuk
adalah usia ibu saya yang tidak lama
lagi. Hiks hikkss. Masih belum puas, akhirnya periksa dan konsul lagi ke dokter
ahli, dan jawabannya lebih spesifik : kanker kelenjar getah bening (stadium 3!)
dan mesti di kemoterapi karena kalao rawat jalan dengan obat biasa khawatir
pertumbuhan kankernya tidak terhambat.
Pilihan ibu saya adalah belum mau
kemoterapi karena membayangkan efek setelah kemo dan itupun belum tentu bias sembuh
dan lebih memilih rawat jalan biasa. Semakin hari kondisinya semakin parah
karena nafsu makan berkurang dan badan jadi lemes, kurus, demam, mual.
Alhamdulillah awal bulan April Allah member keteguhan pada ibu untuk memilih
kemoterapi, siap dengan segala resikonya.
Mulailah kemoterapi dijalankan,
sejak April sampai kahir tahun 2012, ibu saya menjalani 8x kemoterapi. Setiap
satu bulan, menginap 4-5 hari di RSHS untuk persiapan kemo, kemoterapi, dan
pemulihan. Luar biasa ketegaran dan kesabaran ibu saya ini, efek dari
kemoterapi ini memang sakit : mual muntah, tidak ada nafsu makan, badan kurus,
sariawan, lidah pahit, rambut rontok (beneran semua rambut di badan bersih..bak bayi baru lahir). Apalagi
saat kemo ke 3 dan 4, karena ini yang paling sakit..dokternya waktu itu cerita,
banyak pasien yang menyerah di kemo ke3 atau ke4 (putus di tengah jalan),
jadinya penanganan kanker tidak tuntas. Allah Maha baik, waktu itu hasil
kemoterapi cukup bagus pada ibu saya, sel sel kanker berkurang dan dari
pemeriksaan lanjut, kanker yang berkembang bukan yang ganas, dan penanganan belum
terlambat, meskipun penyebarannya sangat cepat.
Ibu saya lanjut sampai kemoterapi
terakhir di bulan Desember 2012. Setelah kemoterapi, tetap harus mengkonsumsi
obat2n yang seabreg jumlahnya, dimunum tiap hari sehari ada yang 2-3x. Sampai sekarang, Ibu saya menjalani control tiap
bulan, tapi sudah tidak minum obat2an lagi. Yeay…!!!
Kemoterapi dan dramanya ini
sempat membuat saya sedih, nangis2 sendiri di kamar, apalagi saya tinggal di
Jakarta, hanya weekend, waktu libur, atau cuti waktu saya menemani ibu di rumah
atau rumah sakit. Kadang kerja udah ga konsen, mau ngapa-ngapain kepikiran
sedih terus. Alhamdulillah teman-teman dekat saya cukup baik, jadi bisa menguatkan
dan menghibur. Kalau udah pulang, sedih kalao liat kondisi ibu yang kesakitan,
tapi seeng kalau udah kumpul sama adik2 saya :D
Ini foto saat saya menemani ibu saya sebelum proses
kemoterapi ke 5. Saya kurang suka menyimpan memori sedih, jadi yang saya simpan foto yang menyenangkan aja :)
Dari kejadian ini saya belajar, apa yang Allah rencanakan
belum tentu sesuai keinginan kita..dan Allah Maha berkehendak apapun, kita
tinggal menjalaninya (belajar ikhlas, berat emang pas ngejalaninnya).
Ketegaran, kesabaran, dan semnagat hidup ibu saya juga menjadi hikmah
tersendiri.. Kalau diinget inget sekarang, ibu saya juga ga percaya pernah
melewati semua sakit dan proses kemoterapi dan dramanya itu..ga bisa dibayangin
sakitnya. Kesehatan itu mahal..Anugerah yang sering terlupakan, kadang kita
lupa bersyukur atas kesehatan kita, bisa merasakan makan enak, bisa beraktivitas
apapun..bisa kumpul dengan keluarga dan orang tersayang.
Salam buat Ibu-Ibu teman semua.. :)